وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping
kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah
125]
Abati Aria Sandra, S.HI |
Hati merupakan salah
satu organ tubuh manusia, yang berupa segumpal daging. Hati adalah pusat
kehidupan manusia, Hati adalah pusat pengetahuan yang sesungguhnya, sedangkan
Pikiran hanyalah pintu masuk untuk menelaah sesuatu, tapi hakikat sesuatu itu
hanya bisa di temukan oleh kecerdasan hati. Penglihatan mata hanyalah pintu
masuk untuk melihat sesuatu, tapai hakekat sesuatu itu hanya diketahui oleh
mata hati. Pendengaran telinga adalah alat untuk mendapatkan informasi,tetapi
hakikat informasi itu hanya bisa di dengar oleh pendengaran hati.
Hati dalam bahasa Arab
dikenal dengan qalbun yang artinya adalah berbolak balik. dikarenakan ia sesuatu
yang berbolak balik, maka terkadang ia berbalik pada hal yag baik dan terkadang
ia juga berbalik pada hal yang buruk. Hati merupakan pemeran utama bagi
manusia, baik dengan tidaknya manusia itu tergantung pada hatinya, bila hatinya
baik maka baik pula tingkah dan perangainya tapi jika hatinya busuk maka
pastilah tingkah dan perbuatanya lebih mengarah pada kejahatan dan keburukan
pula. Hal ini sebagaimana yang telah disabdakan oleh baginda Rasul saw di dalam
hadisnya;
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
"Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia
terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh
juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak.
Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati". (HR Muslim, no. 1599. Hadits
ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu Dawud, Ibnu
Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-beda namun maknanya
sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi dalam Arba’in an-Nawawiyah, hadits
no. 6, dan Riyadhush-Shalihin, no. 588)
Bila kita kembali pada hadis di atas, yang membicarakan tentang
baik dan buruk seseorang itu tergantung pada hatinya, maka yang menjadi tugas
dan kewajiban bagi kita adalah menjaga hati supaya jangan sampai iya berbalik pada jalan yang bathil.
Bila hati tidak terjaga maka tidak tertutup kemungkinan ia akan mengindap
penyakit bathin, seperti dengki, iri hati, khiyanat, sombong, takabur dan lain
sebagainya daripada penyakit -penyakit bathin.
Penyakit bathin, dapat
merusakkan ketenangan dan kenyamanan hidup kita sendiri, bahkan ia juga
merupakan penyakit yang dapat menghilangkan fahala amal ibadah yang sudah
pernah kita kerjakan. Bagaimana tidak, disebabkan penyakit bathin membuat kita
risih dengan kesenangan orang lain, kita tidak tenang denga kebahagiaan orang
lain. Sebagaimana tersebut di dalam hadis Nabi saw
ايّاكم
والحسد فإنّ الحسد يأكل الحسنات كما يأكل النّار الحطب اوالخسب
Jauhkanlah sekalian sifat dengki, karena
kedengkian itu memakan segala kebaikan seperti api memakan kayu. H.R Abu Dawud,
no 4257.
Dengan penyakit batin
menyebabkan kita selalu ingin dipuji, kita sesalu ingin dibesarkan dan
dihormati. Menganggap rendah orang lain seolah kitalah manusia yang suci,
seolah-olah kitalah penghuni surganya
Allah. Kata-kata cacian, hujatan, hinaan, cemoohan mengunjing selalu
keluar dari mulut kita. Itu semua berawal dari hati yang tidak baik, berawal
dari hati yang busuk.
Abatie Aria |
Menjaga hati merupakan
sebuah keharusan dan kewajiban bagi kita, karena adanya hati ini diperuntukkan
untuk untuk mengenal Allah swt, karena itulah yang membedakan antara hati
manusia dan hati hewan, hati manusia disebut dengan lathifah rabbaniyah, hati
yang mengenal Allah, hati tempat duduknya taqwa, sedangkan hati hewan disebut
dengan lahmun sanubari, hati yang bersatu dengan hawanafasu dan amarah.
Mari kita jaga hati,
bersihkan hati dari penyakit-penyakit yang dapat mengurangi fahala amal ibadah
kita selama ini, jangan jadikan diri kita bahagian dari orang-orang yang datang
dikemudian hari dalam keadaan rugi, karena amal ibafah yang selama ini kita
kerjakan tidak membuahkan hasil disebabkan kebusukan hati dan kedengkian hati
yang kita miliki.
Marikita saling
mendoakan dan saling menasehati, serta tidak memandang rendah dan hina orang
lain, karena kita yang taat hari ini, kita yang ahli sujud, hari ini bisa saja
berobah nasib seperti orang yang kita anggap ahli neraka dan juga sebaliknya.
Kita berlindung kepada Allah dari sifat kedengkian dan sifat yang tak terpuji,
semoga Allah menerima amal ibadah kita semua, dan menjadi ahli surganya Allah
di kemudian hari.
Amin ya rabbal
'alamin.
Aria Sandra, S.HI