AL-QUR’AN TIDAK RELEVAN DENGAN ZAMAN MODERN
(Pemahaman Orientalis tentang hukum islam)
Di zaman modern ini, tidak sedikit
orang yang mengatakan “Al Quran sudah tidak lagi relevan dengan zaman ini.”
Atau dengan ungkapan lain misalnya:
“Al Quran perlu direvisi”, atau
“Al Quran adalah sejarah orang-orang Arab dulu”
“Al Quran perlu direvisi”, atau
“Al Quran adalah sejarah orang-orang Arab dulu”
Ungkapan-ungkapan miring tersebut,
ternyata juga pernah diucapkan oleh orang-orang Jahiliyah di masa lalu. Jadi,
tidak heran jika di zaman ini juga ada orang yang mengatakan bahwa “Al Qur’an
perlu direvisi, karena banyak memuat sejarah orang-orang Arab dan Sudah tidak
relevan lagi dengan kehidupan sekarang ini.”
Pemahaman seperti ini sering
dilontarkan oleh kaum Orientalis, dalam hal ini mereka memberi kesan
seolah-olah objektif dan otoritatif. Orientalis biasanya berkedok sebagai pakar
dalam bahasa, sejarah, agama dan kebudayaan.
Tujuan kaum Orientalis ialah menghapus sejarah islam secara
menyeluruh dan pemalsuan terhadap sejarah islam, dengan berbagai upaya
pengaburan terhadap ajaran Islam, demi sebuah ideologi dan arena politik.
Adapun yang menjadi tujuan utama mereka adalah memberikan proteksi yang kuat
terhadap agama Kristen dalam menghadapi arus kemajuan agama Islam. Sekarang
muncul metode baru dikalangan ilmuwan barat dalam menyerang tradisi buku-buku
tafsir yang menuntut pembaharuan. Dengan alasan hak tersendiri dalam
menafsirkan kitab suci. Basetti Sani dan Youakim Moubarak keduanya bersikeras
bahwa tafsiran Al-Qur’an mesti dibuat sejalan dengan ukuran kebenaran agama
Kristen, dan pernyataan mereka mendapat acungan jempol dari W.C. Smith dan
Kenneth Cragg, sebagai seorang pemimpin gereja Anglican, Cragg menekankan agar
umat islam menghapus semua ayat yg diturunkan di Madinah (dengan penekanan
dibidang politik dan hukum) guna mem-pertahankan esensi ayat-ayat Makkiyah yang
secara umum lebih menyentuh masalah KeEsaan Tuhan, dimana ayat Madaniyyah
dianggap meremehkan nilai ketuhanan dari esensi pernyataan “Tiada Tuhan Selain
Allah” Konsep pemikiran ini bermaksud untuk “menggoyang” orang-orang yg lemah
iman dan was-was dengan menggunakan senjata “Sikap Sinis” kaum orientalis yg
selalu menghujat Al-Qur’an agar semakin mudah menerima ideologi Barat.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bagaimana
sikap para kaum orientalis terhadap Al-qur’an dan Agama Islam, sikap itu bukanlah
masalah baru, akan tetapi merupakan sesinambungan tipudaya musuh-musuh islam
dari sejak dulu, namun lebih berkembang dan lebih banyak pola dan metodenya. Sikap
kaum orientalis tetap dalam sikap permusuhan terhadap aqidah, yang merupakan
permusuhan paling dahsyat dan berbahaya lagi keji yang dialami islam sepanjang
perjalanan sejarahnya. Sebab permusuhan itu dari hasil keja sama dan saling
bantu-membantu antara satu dengan yang lain, yaitu menyatukan permusuhan kaum
musyrikin yang diramu dalam satu wadah orientalisme.
Terhadap orang yang mengatakan
demikian, Allah sudah menegaskan agar kita tidak mengikuti orang-orang tersebut
yang berpendapat Al Quran sudah tidak lagi relevan, “Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat
Allah)”. (QS. Al Qalam: 8).
Maka kita sebagai umat yang beragama
islam jangan sekali-kali mengikuti pemahaman mereka, dan kita juga harus
melawan dan membantah terhadap tuduhan yang mereka lontarkan, Umat islam harus
maju, cerdas, damai, bersatu supaya kuat menghadapi segala macam ancaman
terhadap agama islam dan juga orang-orang islam. *(Muallem).