Berapa kali kita khatam al-Quran bulan Ramadhan yang
lalu? Jika hanya sekali, dan apalagi tidak sampai sekalipun, maka kita
mestilah malu. Dahrin Brasah (19 tahun), muallaf yang baru sekira satu
tahun masuk Islam ini mampu mengkhatam tilawah al-Quran sebanyak dua
kali di bulan Ramadhan yang lalu.
Awalnya, kabar ini kepada kami saat bersilaturrahmi ke dayah beliau beberapa waktu lalu. Dan siang tadi
Kamis (29/08/2013), Dahrin menceritakan kegiatan dan tentang
kecintaannya kepada agama barunya, Islam setelah hidayatullah.com
bersilaturrahmi ke Pesantren (Dayah) Mahyal Ulum, pimpinan Tgk.H.Faisal
Ali.
Dahrin mengaku berasal dari Desa Napagaluh Kecamatan Danau Paris Kab.
Aceh Singkil. Orang tuanya kini juga telah menjadi muallaf, hijrah dari
agama Nasrani yang dianut sebelumnya. Dahrin menjelaskan, sebelum
belajar agama Islam, ia tidak tahu apa agamanya.
“Saya tidak tahu apapun tentang agama dan apa agama saya,” kata Dahrin menuturkan kisah hidupnya.
Sejak kecil, dia tidak pernah diajar agama. Ia hidup di lingkungan
yang tidak punya agama. Boleh dibilang ia bahkan hidup bebas. Minum arak
dan melawan orangtuanya sendiri.
“Kalau dulu, saya sering minum arak, melawan orangtua,” ujarnya.
Hidayah ditemukannya setelah berinteraksi dan tersentuh dengan dakwah
seorang da’i pedalaman (perbatasan) dikirim oleh Dinas Syari’at Islam
Provinsi Aceh.
Setelah masuk Islam sekira setahun lalu, Dahrin langsung memutuskan
untuk berangkat ke Banda Aceh dan belajar Islam di Dayah Mahyal Ulum. Di
tempat inilah ia mengaku banyak mendapat ketentraman jiwa.
“Selama belajar Islam di Dayah Mahyal Ulum, hati saya damai dan saya
merasakan banyak perubahan pada diri saya, baik dari segi tingkah laku,
perkataan maupun cara bergaul sehari-hari. Dan perubahan itu terjadi
setelah mengkhatam bacaaan al-Quran dua kali selama Ramadhan yang lalu,”
kata Dahrin dengan wajah gembira.
Dengan berislam, kini ia mengaku telah meninggalkan kehidupan jahiliyahnya. Ia mengaku kangen dengan keluarganya di rumah, namun belum berani pulang sebelum ilmu agamanya yang ia peroleh cukup.
“Sekarang saya tidak minum arak lagi sehingga saya lebih nyaman. Saya kangen sama orang tua, tapi belum berani pulang karena ilmu belum banyak”, katanya lagi menambahkan.
Dengan mendalami Islam, ia berharap bisa membawa perubahan dalam
keluarga dan masyarakat di kampungnya. Di manaka kekufuran, kemaksiatan
masih merajalela.
“Harapan ke depan, setelah belajar di dayah saya bisa berperan dalam merubah pola pikir masyarakat yang rata-rata masih kufur.
Niat saya menuntut ilmu untuk mengajak orang masuk Islam kalau Allah
memberikan kemudahan karena di kampung saya maksiat sangat merajela,
syariat tidak berjalan disana. Ini sangat meresahkan saya. Saya ingin
melakukan perubahan, tambah Dahrin dengan penuh semangat. sumber http://www.hidayatullah.com