Oleh: Abu Sibreh (Tgk. H. Faisal Ali),
Pimpinan Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah
Khutbah Jum'at yang disampaikan di Mesjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh
PENGANTAR
Dalam kehidupan sekarang ini banyak menimbul masalah atau pertentangan yang kadang-kadang tidak kita tahu penyebabnya. Terjadi hal-hal yang tidak di inginkan bahkan adanya prasangka buruk terhadap orang lain. Padahal dalam agama Islam Allah melarang itu semua. Bahkan dalam ajaran Islam tidak ada perbedaan di antara manusia, yang membedakan manusia di sisi Allah nilai taqwa. Mengupas masalah fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, Eriza dari Gema melakukan wawancara khusus dengan Tgk. H. Faisal Ali, Ketua PWNU Propinsi Aceh
Islam tidak membedakan etnis. Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?
Dalam Al Quran menyatakan orang yang sangat mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. Jadi di situ jelas Allah mengatakan tidak ada melihat unsur etnis, warna kulit, ras, bangsa dan lain-lain. Yang mulia adalah orang yang taqwa. Islam sangat menjunjung tinggi perbedaan. Yang Allah lihat hanya perbedaan dalam hal taqwa. Jadi dalam Islam itu tidak ada perbedaan dalam hal keduniaan.
Bagaimana tuntunan Islam dalam menyikapi provokasi dan gangguan keamanan sekarang ini?
Islam sangat melarang adanya semacam bentuk-bentuk pengkhianatan, penzaliman terhadap orang lain. Dalam agama Islam ada landasan dasar yaitu memelihara agama, harta, jiwa, dan kehormatan. Tidak ada istilah dalam agama kita itu penzaliman terhadap orang-orang lain dalam konteks Islam. Dalam hal kemusiaan kita boleh berteman dengan orang yang berbeda agama sekalipun. Yang membedakan hanya dalam konteks ibadah maupun konteks aqidah. Jadi sesama muslim di luar konteks kemanusiaan kita harus menghormatinya.
Kasus penembakan terhadap pekerja-pekerja asal Jawa belakangan ini. Bagaimana pendapat Anda dalam menyikapi hal tersebut?
Pertama kalau kita mengutuk sudah sering sekali. Jadi kita memohon kepada Allah supaya memberikan petunjuk kepada mereka yang melakukan kesalahan supaya mereka diberi petunjuk oleh Allah kembali ke jalan yang benar. Karena kita sesama muslim yang satu agama dan tidak ada suatu ayat atau hadist yang membenarkan untuk dapat menghilangkan nyawa orang lain. Harus dipahami oleh semua orang yang mengaku dirinya seorang muslim. Itu semua berpulang pada pribadi masing-masing tidak karena Islam, karena Islam melarang kekerasan. Apa yang terjadi sekarang ini bukanlah mewakili Islam tetapi lebih kepada prilaku tertentu yang kita tidak tahu apa penyebab dan tujuannya. Tetapi yang jelas itu sesuatu yang dilarang dalam ajaran agama kita.
Bagaimana mengelola prasangka agar tidak membawa efek buruk bagi masyarakat banyak?
Maka itulah agama kita melarang kita berprasangka terhadap orang lain. Kalau ada orang yang datang mengatakan sesuatu tentang orang lain, maka telitilah terlebih dahulu. Dalam agama kita harus berprasangka baik dalam hal apapun itu. Contohnya waktu ke masjid mungkin ada yang mengambil sandal kita, kita mesti berprasangka baik, bisa saja mungkin salah memakai sandal sehingga terpakai punya kita. Untuk meredam emosional kita harus bisa mengelola prasangka dengan baik dalam rangka apapun itu. Apapun yang terjadi sekarang ini sudah duluan dialami oleh ulama-ulama kita dulunya yang malah lebih pahit dan parah lagi, tetapi mereka tidak pernah merespon karena mereka menganggap itu seperti anak kecil yang tak perlu dilayani. Kalau dilayani justru akan terus terjadi perbedaan bahkan pertentangan.
Saran untuk masyarakat kita agar tidak berprasangka buruk terhadap kejadian yang menimpa sekarang ini?
Saya menyarankan kepada masyarakat Aceh serta pemimpin Aceh dalam melakukan aktivitasnya berpeganglah kepada ajaran agama. Apabila kita mencurigai orang lain kembalilah kita ke agama kita. Apabila ada hal dalam berpolitik, berpolitiklah dalam hal ajaran agama kita. Ada hak-hak kemanusiaan kembalilah ke dalam ajaran agama dan kembalilah kepada nilai-nilai agama. Insya Allah dunia dan akhirat akan selamat. Maka segala sesuatu aktivitas dan apapun yang kita laksanakan pertimbangkan sesuai ajaran agama Islam. Utamakan agama di depan baru akal kemudian, jangan akal dulu baru agama atau jangan nafsu dulu baru agama. Tetapi apapun itu agama yang harus di depan dan diutamakan.